Selamat Datang

Rabu, 11 Mei 2011

Jenis-jenis Karya Ilmiah

Sabtu, 07 Mei 2011
Artikel Ilmiah Populer
Berbeda dengan artikel ilmiah, artikel ilmiah populer tidak terikat terlalu ketat dengan aturan penulisan ilmiah. Karena, penulisan lebih bersifat umum, untuk konsumsi publik. Dinamakan ilmiah populer karena ditulis bukan untuk keperluan pendidikan tetapi dalam memberi bacaan ringan bagi publik. Karena itu aturan-aturan penulisan ilmiah tidak begitu ketat. Artikel ilmiah populer biasanya dimuat di surat kabar atau majalah. Artikel dibuat berdasarkan berpikir deduktif atau induktif, atau gabungan keduanya yang bisa ‘dibungkus’ dengan opini si penulis.

Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah, bisa ditulis secara khusus, bisa juga ditulis berdasarkan hasil penelitian semisal skripsi, tesis, disertasi, atau penelitian lainnya dalam bentuk lebih praktis. Artikel ilmiah dimuat pada jurnal-jurnal ilmiah. Kekhasan artikel ilmiah adalah pada penyajiannya yang tidak panjang lebar tetapi tidak megurangi nilai keilmiahannya.

Artikel ilmiah bukan sembarang artikel, oleh karena itu, jurnal-jurnal ilmiah mempunyai aturan yang sangat ketat sebelum sebuah artikel dapat dimuat. Pada setiap komponen artikel ilmiah ada pehitungan bobot. Karena itu, jurnal ilmiah dikelola oleh ilmuwan terkemuka yang ahli dibidangnya. Jurnal-jurnal ilmiah terakredetasi sangat menjaga pemuatan artikel. Akredetasi jurnal mulai dari D, C, B, dan A, dan atau bertaraf internasional. Bagi ilmuwan, apabila artikel ilmiahnya ditebitkan pada jurnal internasional, pertanda keilmuawannya ‘diakui’.

Disertasi
Pencapaian gelar akademik tertinggi adalah predikat Doktor. Gelar Doktor (Ph.D) dimungkinkan manakala mahasiswa (S3) telah mempertahankan disertasi dihadapan Dewan Penguji Disertasi yang terdiri dari profesor atau Doktor dibidang masing-masing. Disertasi ditulis berdasarkan penemuan (keilmuan) orisinil dimana penulis mengemukan dalil yang dibuktikan berdasarkan data dan fakta valid dengan analisis terinci.

Disertasi atau Ph.D Thesis ditulis berdasarkan metodolologi penelitian yang mengandung filosofi keilmuan yang tinggi. Mahahisiswa (S3) harus mampu (tanpa bimbingan) menentukan masalah, berkemampuan berpikikir abstrak serta menyelesaikan masalah praktis. Disertasi memuat penemuan-penemuan baru, pandangan baru yang filosofis, tehnik atau metode baru tentang sesuatu sebagai cerminan pengembangan ilmu yang dikaji dalam taraf yang tinggi.

Tesis
Tesis adalah jenis karya ilmiah yang bobot ilmiahnya lebih dalam dan tajam dibandingkan skripsi. Ditulis untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana. Mahasiswa melakukan penelitian mandiri, menguji satu atau lebih hipotesis dalam mengungkapkan ‘pengetahuan baru’.
Tesis atau Master Thesis ditulis bersandar pada metodologi; metodologi penelitian dan metodologi penulisan. Standarnya digantungkan pada institusi, terutama pembimbing. Dengan bantuan pembimbing, mahasiswa merencanakan (masalah), melaksanakan; menggunakan instrumen, mengumpulkan dan menjajikan data, menganalisis, sampai mengambil kesimpulan dan rekomendasi.

Dalam penulisannya dituntut kemampuan dalam menggunakan istilah tehnis; dari istilah sampai tabel, dari abstrak sampai bibliografi. Artinya, kemampuan mandiri —sekalipun dipandu dosen pembimbing— menjadi hal sangat mendasar. Sekalipun pada dasarnya sama dengan skripsi, tesis lebih dalam, tajam, dan dilakukan mandiri.

Seringkali kita mendengar keluhan rekan mahasiswa yang belum mendapat judul penelitian. Padahal ia sudah diburu waktu untuk menyelesaikan tugas penelitian pendahuluan atau tugas akhir penelitian. “Apakah kamu sudah dapat judul penelitian ? Apa judul penelitiannya ?” Begitulan pertanyaan yang sering terdengar di kalangan rekan mahasiswa.
Judul seringkali lebih popular dibicarakan dibandingkan dengan topik penelitian, walaupun sebenarnya topik penelitian jauh lebih penting didahulukan dibandingkan dengan judul penelitian. Mengapa ? Bisa jadi karena dengan mengetahui judul penelitian maka seakan-akan “penelitian sudah dalam genggaman, tinggal diteruskan”. Alasan lain adalah judul akan “tertulis jelas, mudah dilihat di cover depan penelitian”, sedangkan topik tidak tertulis nyata dan harus banyak berfikir dulu sebelum menentukannya. Benarkah demikian ? Ada sedikit benarnya tetapi perlu dipahami bahwa judul penelitian hanyalah sekedar “kulit” penelitian atau bagian kecil dari penelitian, sedangkan topik penelitian sesungguhnya merupakan “isi atau jiwa” dari penelitian itu sendiri.

Skripsi
Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Bobotnya 6 satuan kredit semster (SKS) dan dalam pengerjakannya dibantu dosen pembimbing. Dosen pembimbing berperan ‘mengawal’ dari awal sampai akhir hingga mahasiswa mampu mengerjakan dan mempertahankannya pada ujian skripsi.

Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan penelitian langsung; observasi lapanagn atau penelitian di laboratorium, atau studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.

Kertas Kerja
Kertas kerja pada prinsipnya sama dengan makalah. Kertas kerja dibuat dengan analisis lebih dalam dan tajam. Kertas kerja ditulis untuk dipresentasikan pada seminar atau lokakarya, yang biasanya dihadiri oleh ilmuwan. Pada ‘perhelatan ilmiah’ tersebut kertas kerja dijadikan acuan untuk tujuan tertentu. Bisa jadi, kertas kerja ‘dimentahkan’ karena lemah, baik dari susut analisis rasional, empiris, ketepatan masalah, analisis, kesimpulan, atau kemanfaatannya.

Makalah
Lazimnya, makalah dibuat melalui kedua cara berpikir tersebut. Tetapi, tidak menjadi soal manakala disajikan berbasis berpikir deduktif (saja) atau induktif (saja). Yang penting, tidak berdasar opini belaka.

Makalah, dalam tradisi akademik, adalah karya ilmuwan atau mahasiswa yang sifatnya paling ‘soft’ dari jenis karya ilmiah lainnya. Sekalipun, bobot akademik atau bahasan keilmuannya, adakalanya lebih tinggi. Misalnya, makalah yang dibuat oleh ilmuwan dibanding skripsi mahasiswa.

Makalah mahasiswa lebih kepada memenuhi tugas-tugas pekuliahan. Karena itu, aturannya tidak seketad makalah para ahli. Bisa jadi dibuat berdasarkan hasil bacaan tanpa menandemnya dengan kenyataan lapangan. Makalah lazim dibuat berdasrakan kenyatan dan kemudian ditandemkan dengan tarikan teoritis; mengabungkan cara pikir deduktif-induktif atau sebaliknya. Makalah adalah karya tulis (ilmiah) paling sederhana.

diambil dari: http://felixscat-karyailmiah.blogspot.com

Langkah-langkah Membuat Esai

Jika dipetakan mengenai langkah-langkah membuat esai, bisa dirunut sebagai berikut:
  1. Menentukan tema atau topik
  2. Membuat outline atau garis besar ide-ide yang akan kita bahas
  3. Menuliskan pendapat kita sebagai penulisnya dengan kalimat yang singkat dan jelas
  4. Menulis tubuh esai; memulai dengan memilah poin-poin penting yang akan dibahas, kemudian buatlah beberapa subtema pembahasan agar lebih memudahkan pembaca untuk memahami maksud dari gagasan kita sebagai penulisnya, selanjutnya kita harus mengembangkan subtema yang telah kita buat sebelumnya.
  5. Membuat paragraf pertama yang sifatnya sebagai pendahuluan. Itu sebabnya, yang akan kita tulis itu harus merupakan alasan atau latar belakang alasan kita menulis esai tersebut.
  6. Menuliskan kesimpulan. Ini penting karena untuk membentuk opini pembaca kita harus memberikan kesimpulan pendapat dari gagasan kita sebagai penulisnya. Karena memang tugas penulis esai adalah seperti itu. Berbeda dengan penulis berita di media massa yang seharusnya (memang) bersikap netral.
  7. Jangan lupa untuk memberikan sentuhan akhir pada tulisan kita agar pembaca merasa bisa mengambil manfaat dari apa yang kita tulis tersebut dengan mudah dan sistematis sehingga membentuk kerangka berpikir mereka secara utuh.
diambil dari: wikipedia.org

Essay: Menuju Indonesia Gemilang Melalui Karya Tulis Ilmiah

Menurut Ernest Renan, bangsa adalah suatu  nyawa, suatu akal yang terjadi dari dua hal, yaitu rakyat yang harus hidup bersama-sama menjalankan satu riwayat, dan rakyat yang kemudian harus mempunyai kemauan atau keinginan hidup untuk menjadi satu. Selain itu menurut Hans Kohn, bangsa adalah hasil tenaga hidup manusia dalam sejarah. Dari berbagai pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bangsa adalah sekumpulan manusia yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya untuk mencapai suatu tujuan bersama. Indonesia sendiri memiliki beberapa tujuan seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4. Tujuan tersebut antara lain, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Tentunya diperlukan sebuah dukungan dari generasi muda bangsa Indonesia seperti kalangan pelajar untuk mewujudkan seluruh tujuan tersebut. Oleh sebab itu,maka diharapkan seluruh kalangan pelajar yang ada di Indonesia memiliki karakter yang mempunyai idealisme, tujuan hidup yang jelas, serta kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Menteri Pendidikan Nasional, Mohammad Nuh kepada Kompas.com, pada hari Jumat (29/4/2011), bahwa karakter kebangsaan menjadi hal penting dalam perkembangan sebuah bangsa.

Dan dalam kenyataannya, karakter generasi muda bangsa Indonesia saat ini, termasuk para pelajar Indonesia, adalah melankolis dramatis. Karakter ini membuat beberapa para pelajar cenderung menjadi generasi muda yang ‘lembek’, tak punya tujuan dan cenderung emosional. Ini semua dapat dilihat dari beberapa peristiwa, seperti banyaknya pelajar yang ketika mengalami frustasi berlari ke alkohol atau obat-obat terlarang. Selain itu, umumnya saat ini para pelajar menggunakan media sosialisai seperti facebook dan twitter sebagai media untuk meluapkan masalahnya. Dan, banyak juga para pelajar yang masih duduk di bangku SD/SMP memutuskan untuk bunuh diri. Ini semua dilakukan hanya karena sebuah persoalan, yaitu mengenai cinta. Adapun karakter bangsa seperti ini berkembang melalui peranan media dan pergaulan, salah satunya adalah banyaknya lagu-lagu slow, acara reality show, dan juga sinetron yang semuanya hampir bertemakan cinta. Sebenarnya, karakter melankolis dramatik sendiri memiliki beberapa dampak positif seperti membentuk generasi penerus bangsa yang lebih simpatik terhadap hal-hal yang menyedihkan. Walaupun demikian, karakter seperti ini membuat para generasi penerus bangsa, terutama para pelajar, tidak dapat mengerti apa yang harus diperbuat kedepannya. Apabila karakter generasi penerus bangsa masih seperti ini, hal ini dapat mengancam masa depan bangsa Indonesia kedepannya. Padahal, untuk mencapai semua tujuan dari bangsa Indonesia diperlukan sebuah idealisme, tujuan hidup yang jelas, serta kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya.

Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa solusi yang tepat guna membentuk karakter generasi penerus bangsa yang dapat mendukung Indonesia untuk mewujudkan seluruh tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu dari solusi tersebut adalah dengan memanfaatkan karya tulis ilmiah sebagai media pembentuk karakter.

Karya tulis ilmiah sendiri merupakan suatu karya yang membahas suatu permasalahan secara ilmiah serta bersifat logis dan sistematis. Adapun tujuan dibuatnya karya tulis ilmiah adalah untuk mencari solusi dari suatu permasalahan yang ada serta untuk membuktikan kebenaran dari suatu pendapat. Oleh karena itu, umumnya karya tulis ilmiah mempunyai tema yang berkaitan dengan hal-hal yang baru atau aktual dan belum pernah dibahas oleh orang lain. Jikapun tulisan tersebut sudah pernah dibahas sebelumnya dengan tema yang sama, tentunya tujuan penulisan karya tulis ilmiah tersebut adalah sebagai upaya pengembangan dari tema terdahulu atau disebut juga dengan penelitian lanjutan. 

Finoza dalam Alamsyah (2008 : 98) mengklasifikasikan karangan menurut bobot isinya menjadi 3 jenis, yaitu (1) karangan Ilmiah, (2) karangan semi ilmiah atau ilmiah populer, dan (3) karangan non ilmiah. Yang tergolong ke dalam karangan ilmiah antara lain makalah, laporan, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semi ilmiah antara lain adalah artikel, editorial, opini, feuture, reportase; yang tergolong dalam karangan non ilmiah antara lain anekdot, opini, dongeng, hikayat, cerpen, novel, roman, dan naskah drama.

Kita sebagai pelajar memandang karya ilmiah jenis karangan ilmiah dan karangan semi-ilmiah adalah hal yang membosankan dan dipandang sebelah mata. Tetapi, dibalik semua itu, pembuatan karya ilmiah tidak semudah yang kita lihat. Dan dalam pembuatan karya ilmiah sendiri, dibutuhkan seorang yang memiliki kredibilitas dan kepribadian yang yang mandiri. Dimana, hanya pribadi tertentu saja yang mampu membuat karya ilmiah. Pribadi tersebut adalah pribadi yang jujur, disiplin, bertanggungjawab, objektif, mempunyai visi seni, kreatif & inovatif, dan aktual. Umunya, pribadi yang tidak mempunyai karakter seperti yang telah disebutkan diatas, akan mengalami kesulitan dan hambatan dalam menyelesaikan karyanya atau karya yang dihasilkan kualitasnya kurang sempurna.

Dalam pembuatan karya tulis ilmiah sendiri, terdapat beberapa manfaat. Manfaat yang pertama adalah mengajarkan kita karakter jujur, sehingga kita dapat melakukan segala hal dengan jujur. Dalam pembuatan karya ilmiah sendiri, pembuat dilatih untuk dapat membuat karya tulisanya dengan jujur, berdasarkan kenyataan, dan bukan rekayasa belaka. Selain itu, dalam pembuatan karya tulis ilmiah sendiri, dibutuhkan data referensi yang akurat, asli serta tepat atau sesuai dengan kenyataan yang ada. Umunya, orang yang tidak memiliki sikap jujur dalam pribadinya, akan membuat karya tulis yang mengandung informasi serta data yang tidak valid serta memiliki sumber referensi yang kurang aktual.  Contohnya, seseorang menyusun bab kajian pustaka dengan mencampurkan antara opini dan fakta yang ada. Hal ini mengakibatkan persoalan yang dibahas dalam karya tulis tersebut kurang dapat dipertanggung jawabkan, maka dari itu,  pembuatan karya ilmiah membutuhkan sikap jujur agar dapat menciptakan sebuah karya tulis ilmiah yang terpercaya dan objektif.

Sikap yang kedua adalah disiplin. Dalam pembuatan karya tulis ilmiah, sikap disiplin sangat penting dan dibutuhkan. Sebab dengan adanya sikap disiplin, maka pembuat karya tulis ilmiah akan selalu patuh terhadap peraturan. Selain itu, orang yang disiplin juga akan menyelesaikan karya tulis ilmiahnya sesuai dengan batas waktu pengumpulan yang telah ditetapkan sebelumnya. Seperti yang diketahui, penyusunan karya ilmiah membutuhkan waktu yang relatif lama karena dibutuhkan pemikiran, usaha dan ide-ide yang matang hingga terciptalah sebuah karya ilmiah. Dan tentunya, penyusun karya ilmiah yang berstatus seorang pelajar, selalu memiliki tugas sekolah yang wajib dan harus dipertanggungjawabkan disamping tugas menyusun karya ilmiah. Apabila pelajar tersebut tidak memiliki sikap disiplin, maka pelajar tersebut cenderung akan menunda waktu untuk mengerjakan karya ilmiahnya. Hal ini dapat mengakibatkan salah satu kewajibannya yaitu karya ilmiah, tidak terselesaikan. Apabila karya tulis ilmiah dapat terselesaikan, umumnya karya tulis tersebut tidak maksimal. Sebaliknya, orang yang disiplin harus pandai-pandai mengatur waktu dan mengerjakan tugasnya disamping mengerjakan karya ilmiahnya secara intensif. Hingga pada akhrinya orang yang disiplin berhasil mengerjakan karya ilmiahnya dengan tidak meninggalkan tugas-tugas sekolahnya.

Adapun sikap yang ketiga adalah bertanggungjawab, yaitu sikap yang selalu siap dalam keadaan wajib menanggung segala sesuatu yang telah ia komitmenkan – baik nantinya akan menanggung tuntutan, kesalahan, perkara dan lain sebagainya. Seseorang yang awalnya telah berkomitmen akan mengerjakan karya ilmiah, memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikannya dengan baik dan benar hingga akhir. Sebaliknya orang yang tidak bertanggungjawab cenderung bertingkah plin-plan. Awalnya ia akan berkata, “saya akan mengerjakannya”. Padahal pada akhirnya ia berdalih ini dan itu karena karya ilmiahnya tidak ia selesaikan. Hal ini sungguh banyak terjadi di kalangan pelajar. Sikap bertanggung jawab ini dapat dipupuk dengan tidak mengingkari apa yang telah menjadi komitmennya. Oleh sebab itu, sikap bertanggungjawab sangatlah mempengaruhi jadi atau tidaknya suatu karya ilmiah.

Sikap lain yang harus dimiliki seseorang yang akan membuat karya ilmiah adalah objektif. Dalam pembuatan karya ilmiah seseorang diharuskan tidak memihak dalam penyelesaian suatu  masalah. Objektif dapat juga disebut adil. Seseorang yang tidak objektif akan memilih-milih pihak mana yang jika dibela akan memberikan keuntungan kepadanya. Sehingga hasil karya ilmiahnya tidak sempurna dan tidak dapat dijadikan referensi bagi pembuatan karya ilmiah lain. Jadi orang yang tidak objektif harus pantang menyerah melatih dirinya agar menjadi orang yang objektif. Sedangkan orang yang objektif cenderung tidak memilih-milih, yang benar akan dianggap benar, yang salah akan dianggap salah. Orang yang objektif akan tetap pada “jalan yang lurus” walaupun godaan malang melintang dihadapannya. Akhirnya, karya ilmiah yang dihasilkan sangat memuaskan dan dapat dijadikan referensi bagi karya ilmiah lain.

Sikap yang kelima yang  tak kalah pentingnya adalah mempunyai visi seni. Visi seni adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan sebuah karya yang bermutu. Bermutu yang dimaksud adalah  dalam hal keindahan, keterampilah, susunan, kehalusan, ketelatenan dsb. Dalam pembuatan karya ilmiah tentunya memerlukan kemampuan di bidang sastra bahasa Indonesia agar apa yang sebenarnya diinginkan untuk disampaikan kepada orang lain dapat tersalurkan dan dipahami secara sempurna oleh orang tersebut. Terlebih, jika penulis mampu menciptakan warna-warni bahasa yang indah dalam karya ilmiahnya sehingga dapat dipandang sebagai sebuah karya seni disamping sebagai karya ilmiah. Hal ini juga dapat membuat karya ilmiah yang selama ini dinilai sebagai sebuah karya yang membosankan dan monotone menjadi hal yang indah dan menyenangkan. Orang yang awalnya tidak memiliki visi seni jika terus berlatih nantinya akan memiliki visi seni.

Kreatif dan inovatif. Tentunya kedua sikap ini sangat diperlukan dalam pembuatan karya ilmiah. Bagaimanapun, sebuah karya ilmiah pada intinya adalah penciptaan terhadap sesuatu atau perubahan terhadap sesuatu untuk menyelesaikan suatu masalah. Orang kreatif akan menciptakan sesuatu baik yang sudah ada atau pun yang belum ada untuk mengatasi suatu masalah, lalu mengangkatnya dalam karya ilmiah. Begitu pula pada orang yang inovatif. Orang yang inovatif akan cenderung mengubah atau melakukan perubahan pada suatu keadaan agar tercipta keadaan yang baru dimana suatu masalah dapat terselesaikan, lalu hal itu dapat dipresentasikan dalam sebuah karya ilmiah. Sedangkan orang yang tidak kreatif atau inovatif tidak mampu menciptakan suatu karya ilmiah yang penting dan dapat bermanfaat banyak bagi masyarakat. Jika orang yang tidak kreatif atau inovatif tersebut terus mencoba membuat karya ilmiah, hal itu dapat melatih kemampuan orang tersebut hingga ia menjadi kreatif dan inovatif.

Sikap terakhir harus dimiliki penulis karya ilmiah adalah aktual. Aktual adalah sifat yang selalu memperbarui informasi tentang peristiwa-peristiwa yang sedang menjadi pembicaraan orang banyak atau masih hangat. Seseorang harus menjadi seaktual mungkin agar tidak tertinggal informasi. Jika si pembuat karya ilmiah tersebut selalu memperbarui informasi-informasi yang sedang hangat di kalangan masyarakat, si pembuat karya ilmiah tersebut akan mengetahui masalah-masalah apa saja yang sedang dihadapi masyarakat di sekitarnya. Sehingga orang tersebut peduli dan berusaha menyelesaikan masalah-masalah publik di sekitarnya.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan seluruh tujuan Indonesia, dibutuhkan beberapa karakter yang mendukung. Karakter tersebut antara lain adalah karakter jujur, disiplin, bertanggung jawab, objektif, serta memiliki visi seni. Dan semua karakter ini dapat dibentuk dengan memanfaatkan karya tulis ilmiah, selain itu, karya tulis ilmiah juga dapat meningkatkan pengetahuan para pelajar dalam bidang akademis maupun non-akademis.

Posting Gambar Slide







Gambar-gambar diatas diuggah untuk keperluan slide picture di bawah header blog ini. Terima kasih :)

Sambutlah! Katua Akira, Rani Firda!

Jumat, 06 Mei 2011

Ketua Akira 2010-2011 adalah Rani Firda. Ini hanyalah salah satu posting percobaan. :)
Keterangan foto: Mbak Rani sedang mendukung tim dari kelasnya bersama teman-temannya :)