EMANSIPASI BELUMLAH BERAKHIR

Minggu, 16 Oktober 2011

EMANSIPASI BELUMLAH BERAKHIR
Choni Kamerawati

Berbicara tentang R.A Kartini tak akan pernah lepas dari perbincangan tentang emansipasi wanita. Tidak dapat dipercaya sosok yang lembut namun tegas dapat mengubah nasib kaum wanita yang selalu direndahkan oleh kaum laki – laki. R. A Kartini merupakan wanita pintar yang berpikir kritis. Beliau berjuang untuk mengangkat derajat kaum wanita tidak dengan jalan mengangkat senjata, namun menggunakan tulisan – tulisannya untuk teman pena yang berada di Belanda. Beliau menceritakan keadaan kaum wanita di Indonesia khususnya Pulau Jawa, guna menarik simpati orang luar negeri. Tidak hanya itu, beliau juga rela menjadi istri  ke – 4 dari seorang Bupati Rembang, Raden Adipati Joyodiningrat supaya beliau didirikan sekolah khusus kaum wanita. Di sekolah tersebut beliau mengajak wanita sekitar untuk bersekolah. Pengorbanan serta perjuangan yang beliau lakukan untuk meraih persamaan pengakuan atas kaumnya tidak sia – sia. Hasil kerja keras beliau akhirnya berbuah manis jua. Bahkan surat – surat yang telah beliau tulis untuk teman penanya di Belanda diterbitkan menjadi buku yang fenomenal. Judul buku tersebut adalah “Habis Gelap Terbitlah Terang”yang di terjemahkan ke beberapa bahasa asing. Selain itu, buku tersebut telah dapat menarik perhatian dan mengubah pemikiran orang Belanda tentang perempuan pribumi di Jawa dan menjadikan inspirasi tokoh Kebangkitan Nasional bahwa dalam berjuang kita harus ditempuh dengan peperangan atau angkat senjata. Kita juga dapat berjuang melalui pikiran – pikiran kritis yang dilakukan oleh Kartini. Keberhasilan Kartini dapat dilihat dari banyaknya wanita maju dan berpikir kritis. Kartini adalah seorang sosok wanita yang tengah berjuang, dimana ia belum sampai pada tujuan perjuangannya. Kartini masih berada dalam proses, proses yang juga dijalani oleh wanita-wanita sesudahnya. Sebagai penerus bangsa khususnya kaum wanita kita memiliki kewajiban dalam meneruskan emansipasi wanita.
Tak bisa di pungkiri bahwa perempuan sejak dahulu selalu dikagumi oleh kaum laki – laki karena keindahannya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perempuan memiliki pesona tersendiri yang memancar dari dirinya sendiri sehingga membuatnya berbeda dari kaum lelaki. Selain itu, wanita memiliki Keistimewaan yang dapat dilihat dari berbagai aspek yang unik, seperti kelembutan, keibuan, kegenitan, bahkan emosionalnya dan sifat-sifat lain yang terkadang sulit ditebak. Tapi, satu fakta yang sangat menyayat hati, perempuan sejak dahulu sering dianggap memiliki derajat yang lebih rendah daripada seorang pria.  Tidak hanya itu wanita zaman dahulu selalu diremehkan, dihina, dilecehkan dan tidak dihargai. Apapun yang dilakukan oleh kaum wanita tidak boleh unggul dibanding kaum laki – laki. Wanita zaman dahulu tidak pernah mengenyam bangku pendidikan. Namun, ada di antara mereka yang sempat mengenyam bangku pendidikan walaupun tak setinggi kaum laki – laki atau hanya mengenyam bangku sekolah dasar. Mereka hanya di didik untuk menjadi istri yang ideal bagi suami mereka nanti. Setiap perbuatan dan tingkah laku mereka dibatasi. Bahkan untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi mereka sendiri pun dilarang. Ada istilah pingitan pada zaman dahulu dimana seorang anak perempuan tidak boleh keluar, terkecuali mempunyai keperluan yang penting. Sejak kecil wanita zaman dahulu dipingit oleh orang tua mereka sendiri hingga umur kurang lebih 17 tahun. Pada saat perempuan – perempuan yang terlepas dari pingitan, menandakan bahwa perempuan tersebut telah siap untuk menikah. Dahulu, terdapat banyak fenomena perempuan yang umurnya belia menikah dengan laki – laki paruh baya merupakan hal yang biasa terjadi. Kebanyakan wanita – wanita yang masih berumur belasan tahun dipinang oleh laki – laki paruh baya yang sudah mapan hidupnya. Hal ini dilakukan untuk mengankat derajat keluarga dari kaum wanita itu sendiri. Pada umumnya, zaman dahulu kehadiran anak laki – laki sangat diharapkan dibandingkan anak perempuan. Hal ini dikarenakan adanya kepercayaan bahwa anak laki – laki memiliki jiwa kepemimpina sedangkan anak perempuan tidak. Sehingga anak laki – laki mendapatkan perlakuan istimewa oleh keluarganya dibanding anak perempuan.

Namun, dewasa ini hampir tidak ada lagi kesenjangan antara pria dan wanita.  Saat ini wanita sejajar dengan kaum laki – laki. Wanita dapat menempuh pendidikan setinggi mungkin. Wanita dapat melakukan apapun yang  mereka inginkan, seperti mengeluarkan pendapat atau aspirasi mereka tentang suatu hal. Bahkan pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya ditangani kaum pria., sekarang sudah banyak yang dikerjakan oleh kaum wanita. Dari kuli bangunan, tukang becak, petinju, pemain sepakbola, pilot, direktur perusahaan hingga presiden, nyaris tak ada yang luput.  Anggapan bahwa wanita tidak memiliki jiwa kepemimpinan pun hilang. Saat ini banyak pemimpin – pemimpin organisasi yang diketuai oleh wanita, bahkan ada beberapa tokoh dunia yang menjadi presiden. Wanita saat ini hidup bebas, mereka tidak dipingit seperti yang dilakukan orang tua zaman dahulu terhadap anak perempuan mereka. Selain itu, wanita dapat memilih pasangan hidup mereka sendiri. Tidak seperti dahulu, mereka menikah dengan orang kaya, namun memiliki umur yang tua untuk mengagkat derajat keluarga. Emansipasi wanita di Indonesia mengalami kemajuan yang positif. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya wanita – wanita intelektual yang  dapat berdiri secara mandiri di muka umum. Meskipun banyak wanita mandiri, namun merekat tidak melupakan kodratnya sebagai makhluk reproduktif. Wanita – wanita ini menjalankan tugas ganda. Di samping ia harus berperan menjadi wanita karir dan membangun karirnya sebagai wanita mandiri, ia juga berperan sebagai istri dan ibu yang mengharuskan merawat dan mendidik anak mereka hingga  dewasa. Selain itu, dapat kita jumpai di masyarakat terdapat banyak wanita – wanita yang menjadi tulang punggung keluarga. Fenomena ini di sebabkan oleh beberapa faktor, antara lain meninggalnya tulang punggung keluarga atau menganggurnya suami mereka, sehingga menyebabkan mereka untuk berkerja demi memenuhi kebutuhan hidup yang terus berlangsung. Hal ini membuktikan bahwa wanita bukanlah orang yang lemah, mereka dapat melakukan apa yang kaum laki – laki lakukan. Wanita yang beremansipasi akan selalu mengalami masalah. Misalnya wanita karir yang sudah berkeluarga. Mereka akan mendapat masalah waktu, dimana waktu yang digunakan untuk bekerja membuat waktu bersama keluarga menjadi berkurang. Berkurangnya waktu untuk keluarga menyebabkan keluarga tersebut melakukan protes, terutama protes dari pihak suami mereka sendiri. Namun, ada pula keluarga pada kondisi seperti itu yang tidak mempermasalahkan hal tersebut. Hal ini disebabkan oleh dukungan penuh atas jalan yang telah di ambil wanita – wanita karir yang menjalankan tugas ganda. Dengan banyaknya wanita – wanita yang sudah maju dan berpikir kritis membuat anggapan bahwa wanita adalah “pelayan” kaum pria, sudah berangsur – angsur hilang, walaupun ada beberapa masyarakat yang masih beranggapan seperti itu. Orang yang tetap meyakini bahwa wanita adalah “pelayan” kaum pria. Ia tidak akan melihat sejauh mana dan seberapa besar perjuangan kaum wanita untuk menyamakan dirinya dengan kaum laki – laki. Ia juga selalu berpikir bahwa setiap hal yang dilakukan wanita yang beremansipasi itu tetap perbuatan yang rendah dan selalu diremehkan.

Emansipasi yang terjadi di Indonesia tidaklah berjalan mulus. Hal ini terbukti dengan masih adanya kaum laki – laki yang masih menganggap rendah kaum wanita. Misalnya saat sudah ada beberapa Negara yang memiliki presiden seoran wanita. Hal ini menunjukkan emansipasi wanita. Namun, ada beberapa dari kaum laki – laki yang tetap menganggap rendah wanita dan tidak setuju jika yang menjadi presiden adalah seorang wanita. Karena bagi mereka seorang pemimpin haruslah berasal dari kaum laki – laki, yang mengandalkan logikanya dalam mengambil keputusan. Tidak seperti kaum wanita yang mereka anggap bahwa wanita mengambil keputusan didasarkan pada perasaam. Padahal tidak semua kaum wanita mengambil keputusan berdasarkan perasaan. Dengan adanya emansipasi, saat ini banyak kaum wanita yang mandiri dan dapat mengambil keputusan secara logika layaknya kaum laki – laki. Hal ini terbukti dengan adanya presiden wanita yang udah cukup banyak dan mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Apalagi dengan adanya PSK (Pekerja Seks Komersial) membuat kaum laki – laki menilai bahwa kaum wanita memang rendah. Padahal, jika kita lihat tidak ada orang yang ingin mempunyai profesi sebagai PSK. Mereka hanya terpaksa melakukan hal itu demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu masih banyak masyarakat tradisional yang terpaku pada pemikiran – pemikiran kuno bahwa tugas yang layak bagi seorang perempuan ialah menjadi seorang istri yang baik, patuh pada suami, mengurus rumah tangga dan anak – anak. Biasanya masyarakat yang masih berpedoman pada pemikiran – pemikiran kuno tinggal di daerah pedesaan, dimana masih mengangkat adat dan pemikiran yang telah diyakini sejak dahulu. Namun, adapula wanita desa yang berkeinginan dan bertekad untuk maju. Hal ini tidaklah mudah, karena bertentangan dengan pemikiran orang tua atau orang di sekitarnya yang di dasarkan pada pemikiran kuno yang mereka anut. Selain itu ia harus membuktikan bahwa keinginannya untuk maju sangat diperlukan bagi kaum wanita, demi kemajuan diri sendiri dan bangsa sendiri. Ketika ia memutuskan untuk tidak sejalan dengan pemikiran orang tua atau orang sekitar, pasti ada sesuatu yang hilang. Misalnya ia kehilangan keluarga, karena ia dikeluarkan dari kerluarganya sendiri. Meski saat ini di Negara kita emansipasi wanita sudah banyak. Hal ini tidak dapat menghilangkan pelecehan – pelecehan yang dilakukan oleh kaum laki – laki terhadap kaum wanita. Hal ini terjadi dari zaman dahulu hingga saat ini. Ini menunjukkan meskipun terjadi emansipasi wanita yang identik dengan sikap mandiri, namun tidak dapat dipungkiri bahwa wanita makhluk lemah.

Emansipasi wanita ternyata tidak mudah dan ini belumlah berakhir, karena masih banyak kaum laki – laki yang masih menganggap rendah kaum wanita dan pelecehan pun masih terjadi. Oleh karenanya kita sebagai penerus kaum wanita Indonesia harus meneruskan emansipasi wanita dan dapat berjuang lebih baik lagi dibanding sebelumnya. Perjuangan kaum wanita dalam mewujudkan emansipasi atau kesetaraan gender selalu berujung pada dilema yang kadang-kadang butuh pengorbanan. Namun, semua pengorbanan yang dilakukan suatu saat akan berbuah manis. Hal ini terbukti dengan perjuangan – perjuangan Kartini yang berbuah manis. Walaupun emansipasi belum berakhir, setidaknya saat ini sudah banyak wanita yang berpikir maju dan kritis. Ini merupakan hasil kerja Kartini yang membuka pikiran kaum wanita untuk maju.

0 komentar:

Posting Komentar