Menuju Indonesia
Gemilang Melalui Karya Tulis Ilmiah
Menurut
Ernest Renan, bangsa adalah suatu nyawa,
suatu akal yang terjadi dari dua hal, yaitu rakyat yang harus hidup
bersama-sama menjalankan satu riwayat, dan rakyat yang kemudian harus mempunyai
kemauan atau keinginan hidup untuk menjadi satu. Selain itu menurut Hans Kohn,
bangsa adalah hasil tenaga hidup manusia dalam sejarah. Dari berbagai
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bangsa adalah sekumpulan manusia
yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya untuk mencapai suatu
tujuan bersama. Indonesia sendiri memiliki beberapa tujuan seperti yang tercantum
dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4. Tujuan tersebut antara lain, melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial. Tentunya diperlukan sebuah dukungan dari generasi muda bangsa Indonesia
seperti kalangan pelajar untuk mewujudkan seluruh tujuan tersebut. Oleh sebab
itu,maka diharapkan seluruh kalangan pelajar yang ada di Indonesia memiliki karakter
yang mempunyai idealisme, tujuan hidup yang jelas, serta kepedulian yang tinggi
terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Menteri
Pendidikan Nasional, Mohammad Nuh kepada Kompas.com, pada hari Jumat
(29/4/2011), bahwa karakter kebangsaan menjadi hal penting dalam perkembangan
sebuah bangsa.
Dan dalam kenyataannya, karakter generasi muda bangsa Indonesia saat ini, termasuk para pelajar Indonesia, adalah melankolis dramatis. Karakter ini membuat beberapa para pelajar cenderung menjadi generasi muda yang ‘lembek’, tak punya tujuan dan cenderung emosional. Ini semua dapat dilihat dari beberapa peristiwa, seperti banyaknya pelajar yang ketika mengalami frustasi berlari ke alkohol atau obat-obat terlarang. Selain itu, umumnya saat ini para pelajar menggunakan media sosialisai seperti facebook dan twitter sebagai media untuk meluapkan masalahnya. Dan, banyak juga para pelajar yang masih duduk di bangku SD/SMP memutuskan untuk bunuh diri. Ini semua dilakukan hanya karena sebuah persoalan, yaitu mengenai cinta. Adapun karakter bangsa seperti ini berkembang melalui peranan media dan pergaulan, salah satunya adalah banyaknya lagu-lagu slow, acara reality show, dan juga sinetron yang semuanya hampir bertemakan cinta. Sebenarnya, karakter melankolis dramatik sendiri memiliki beberapa dampak positif seperti membentuk generasi penerus bangsa yang lebih simpatik terhadap hal-hal yang menyedihkan. Walaupun demikian, karakter seperti ini membuat para generasi penerus bangsa, terutama para pelajar, tidak dapat mengerti apa yang harus diperbuat kedepannya. Apabila karakter generasi penerus bangsa masih seperti ini, hal ini dapat mengancam masa depan bangsa Indonesia kedepannya. Padahal, untuk mencapai semua tujuan dari bangsa Indonesia diperlukan sebuah idealisme, tujuan hidup yang jelas, serta kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya.
Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa solusi yang tepat guna membentuk karakter generasi penerus bangsa yang dapat mendukung Indonesia untuk mewujudkan seluruh tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu dari solusi tersebut adalah dengan memanfaatkan karya tulis ilmiah sebagai media pembentuk karakter.
Karya tulis ilmiah sendiri merupakan suatu karya yang membahas suatu permasalahan secara ilmiah serta bersifat logis dan sistematis. Adapun tujuan dibuatnya karya tulis ilmiah adalah untuk mencari solusi dari suatu permasalahan yang ada serta untuk membuktikan kebenaran dari suatu pendapat. Oleh karena itu, umumnya karya tulis ilmiah mempunyai tema yang berkaitan dengan hal-hal yang baru atau aktual dan belum pernah dibahas oleh orang lain. Jikapun tulisan tersebut sudah pernah dibahas sebelumnya dengan tema yang sama, tentunya tujuan penulisan karya tulis ilmiah tersebut adalah sebagai upaya pengembangan dari tema terdahulu atau disebut juga dengan penelitian lanjutan.
Finoza dalam Alamsyah (2008 : 98) mengklasifikasikan karangan menurut bobot isinya menjadi 3 jenis, yaitu (1) karangan Ilmiah, (2) karangan semi ilmiah atau ilmiah populer, dan (3) karangan non ilmiah. Yang tergolong ke dalam karangan ilmiah antara lain makalah, laporan, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semi ilmiah antara lain adalah artikel, editorial, opini, feuture, reportase; yang tergolong dalam karangan non ilmiah antara lain anekdot, opini, dongeng, hikayat, cerpen, novel, roman, dan naskah drama.
Dan dalam kenyataannya, karakter generasi muda bangsa Indonesia saat ini, termasuk para pelajar Indonesia, adalah melankolis dramatis. Karakter ini membuat beberapa para pelajar cenderung menjadi generasi muda yang ‘lembek’, tak punya tujuan dan cenderung emosional. Ini semua dapat dilihat dari beberapa peristiwa, seperti banyaknya pelajar yang ketika mengalami frustasi berlari ke alkohol atau obat-obat terlarang. Selain itu, umumnya saat ini para pelajar menggunakan media sosialisai seperti facebook dan twitter sebagai media untuk meluapkan masalahnya. Dan, banyak juga para pelajar yang masih duduk di bangku SD/SMP memutuskan untuk bunuh diri. Ini semua dilakukan hanya karena sebuah persoalan, yaitu mengenai cinta. Adapun karakter bangsa seperti ini berkembang melalui peranan media dan pergaulan, salah satunya adalah banyaknya lagu-lagu slow, acara reality show, dan juga sinetron yang semuanya hampir bertemakan cinta. Sebenarnya, karakter melankolis dramatik sendiri memiliki beberapa dampak positif seperti membentuk generasi penerus bangsa yang lebih simpatik terhadap hal-hal yang menyedihkan. Walaupun demikian, karakter seperti ini membuat para generasi penerus bangsa, terutama para pelajar, tidak dapat mengerti apa yang harus diperbuat kedepannya. Apabila karakter generasi penerus bangsa masih seperti ini, hal ini dapat mengancam masa depan bangsa Indonesia kedepannya. Padahal, untuk mencapai semua tujuan dari bangsa Indonesia diperlukan sebuah idealisme, tujuan hidup yang jelas, serta kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya.
Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa solusi yang tepat guna membentuk karakter generasi penerus bangsa yang dapat mendukung Indonesia untuk mewujudkan seluruh tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu dari solusi tersebut adalah dengan memanfaatkan karya tulis ilmiah sebagai media pembentuk karakter.
Karya tulis ilmiah sendiri merupakan suatu karya yang membahas suatu permasalahan secara ilmiah serta bersifat logis dan sistematis. Adapun tujuan dibuatnya karya tulis ilmiah adalah untuk mencari solusi dari suatu permasalahan yang ada serta untuk membuktikan kebenaran dari suatu pendapat. Oleh karena itu, umumnya karya tulis ilmiah mempunyai tema yang berkaitan dengan hal-hal yang baru atau aktual dan belum pernah dibahas oleh orang lain. Jikapun tulisan tersebut sudah pernah dibahas sebelumnya dengan tema yang sama, tentunya tujuan penulisan karya tulis ilmiah tersebut adalah sebagai upaya pengembangan dari tema terdahulu atau disebut juga dengan penelitian lanjutan.
Finoza dalam Alamsyah (2008 : 98) mengklasifikasikan karangan menurut bobot isinya menjadi 3 jenis, yaitu (1) karangan Ilmiah, (2) karangan semi ilmiah atau ilmiah populer, dan (3) karangan non ilmiah. Yang tergolong ke dalam karangan ilmiah antara lain makalah, laporan, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semi ilmiah antara lain adalah artikel, editorial, opini, feuture, reportase; yang tergolong dalam karangan non ilmiah antara lain anekdot, opini, dongeng, hikayat, cerpen, novel, roman, dan naskah drama.
Mungkin
kita sebagai pelajar memandang karya ilmiah jenis karangan ilmiah dan karangan
semi-ilmiah adalah hal yang membosankan dan dipandang sebelah mata. Tetapi,
dibalik semua itu, pembuatan karya ilmiah tidak semudah yang kita lihat. Dan
dalam pembuatan karya ilmiah sendiri, dibutuhkan seorang yang memiliki
kredibilitas dan kepribadian yang yang mandiri. Dimana, hanya pribadi tertentu
saja yang mampu membuat karya ilmiah. Pribadi tersebut adalah pribadi yang
jujur, disiplin, bertanggungjawab, objektif, mempunyai visi seni, kreatif &
inovatif, dan aktual. Umunya, pribadi yang tidak mempunyai karakter seperti
yang telah disebutkan diatas, akan mengalami kesulitan dan hambatan dalam
menyelesaikan karyanya atau karya yang dihasilkan kualitasnya kurang sempurna.
Dalam
pembuatan karya tulis ilmiah sendiri, terdapat beberapa manfaat. Manfaat yang
pertama adalah mengajarkan kita karakter jujur, sehingga kita dapat melakukan
segala hal dengan jujur. Dalam pembuatan karya ilmiah sendiri, pembuat dilatih
untuk dapat membuat karya tulisanya dengan jujur, berdasarkan kenyataan, dan
bukan rekayasa belaka. Selain itu, dalam pembuatan karya tulis ilmiah sendiri,
dibutuhkan data referensi yang akurat, asli serta tepat atau sesuai dengan
kenyataan yang ada. Umunya, orang yang tidak memiliki sikap jujur dalam
pribadinya, akan membuat karya tulis yang mengandung informasi serta data yang
tidak valid serta memiliki sumber referensi yang kurang aktual. Contohnya, seseorang menyusun bab kajian
pustaka dengan mencampurkan antara opini dan fakta yang ada. Hal ini mengakibatkan
persoalan yang dibahas dalam karya tulis tersebut kurang dapat dipertanggung
jawabkan, maka dari itu, pembuatan karya
ilmiah membutuhkan sikap jujur agar dapat menciptakan sebuah karya tulis ilmiah
yang terpercaya dan obyektif.
Sikap
yang kedua adalah disiplin. Dalam pembuatan karya tulis ilmiah, sikap disiplin
sangat penting dan dibutuhkan. Sebab dengan adanya sikap disiplin, maka pembuat
karya tulis ilmiah akan selalu patuh terhadap peraturan. Selain itu, orang yang
disiplin juga akan menyelesaikan karya tulis ilmiahnya sesuai dengan batas
waktu pengumpulan yang telah ditetapkan sebelumnya. Seperti yang diketahui,
penyusunan karya ilmiah membutuhkan waktu yang relatif lama karena dibutuhkan
pemikiran, usaha dan ide-ide yang matang hingga terciptalah sebuah karya
ilmiah. Dan tentunya, penyusun karya ilmiah yang berstatus seorang pelajar,
selalu memiliki tugas sekolah yang wajib dan harus dipertanggungjawabkan
disamping tugas menyusun karya ilmiah. Apabila pelajar tersebut tidak memiliki
sikap disiplin, maka pelajar tersebut cenderung akan menunda waktu untuk
mengerjakan karya ilmiahnya. Hal ini dapat mengakibatkan salah satu
kewajibannya yaitu karya ilmiah, tidak terselesaikan. Apabila karya tulis
ilmiah dapat terselesaikan, umumnya karya tulis tersebut tidak maksimal.
Sebaliknya, orang yang disiplin harus pandai-pandai mengatur waktu dan
mengerjakan tugasnya disamping mengerjakan karya ilmiahnya secara intensif.
Hingga pada akhrinya orang yang disiplin berhasil mengerjakan karya ilmiahnya
dengan tidak meninggalkan tugas-tugas sekolahnya.
Adapun
sikap yang ketiga adalah bertanggungjawab, yaitu sikap yang selalu siap dalam
keadaan wajib menanggung segala sesuatu yang telah ia komitmenkan – baik
nantinya akan menanggung tuntutan, kesalahan, perkara dan lain sebagainya. Seseorang
yang awalnya telah berkomitmen akan mengerjakan karya ilmiah, memiliki tanggung
jawab untuk menyelesaikannya dengan baik dan benar hingga akhir. Sebaliknya
orang yang tidak bertanggungjawab cenderung bertingkah plin-plan. Awalnya ia
akan berkata, “saya akan mengerjakannya”. Padahal pada akhirnya ia berdalih ini
dan itu karena karya ilmiahnya tidak ia selesaikan. Hal ini sungguh banyak
terjadi di kalangan pelajar. Sikap bertanggung jawab ini dapat dipupuk dengan
tidak mengingkari apa yang telah menjadi komitmennya. Oleh sebab itu, sikap
bertanggungjawab sangatlah mempengaruhi jadi atau tidaknya suatu karya ilmiah.
Sikap
lain yang harus dimiliki seseorang yang akan membuat karya ilmiah adalah
objektif. Dalam pembuatan karya ilmiah seseorang diharuskan tidak memihak dalam
penyelesaian suatu masalah. Objektif
dapat juga disebut adil. Seseorang yang tidak objektif akan memilih-milih pihak
mana yang jika dibela akan memberikan keuntungan kepadanya. Sehingga hasil
karya ilmiahnya tidak sempurna dan tidak dapat dijadikan referensi bagi
pembuatan karya ilmiah lain. Jadi orang yang tidak objektif harus pantang menyerah
melatih dirinya agar menjadi orang yang objektif. Sedangkan orang yang objektif
cenderung tidak memilih-milih, yang benar akan dianggap benar, yang salah akan dianggap
salah. Orang yang objektif akan tetap pada “jalan yang lurus” walaupun godaan
malang melintang dihadapannya. Akhirnya, karya ilmiah yang dihasilkan sangat
memuaskan dan dapat dijadikan referensi bagi karya ilmiah lain.
Sikap
yang kelima yang tak kalah pentingnya
adalah mempunyai visi seni. Visi seni adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan
sebuah karya yang bermutu. Bermutu yang dimaksud adalah dalam hal keindahan, keterampilah, susunan,
kehalusan, ketelatenan dsb. Dalam pembuatan karya ilmiah tentunya memerlukan
kemampuan di bidang sastra bahasa Indonesia agar apa yang sebenarnya diinginkan
untuk disampaikan kepada orang lain dapat tersalurkan dan dipahami secara
sempurna oleh orang tersebut. Terlebih, jika penulis mampu menciptakan
warna-warni bahasa yang indah dalam karya ilmiahnya sehingga dapat dipandang
sebagai sebuah karya seni disamping sebagai karya ilmiah. Hal ini juga dapat membuat
karya ilmiah yang selama ini dinilai sebagai sebuah karya yang membosankan dan monotone menjadi hal yang indah dan
menyenangkan. Orang yang awalnya tidak memiliki visi seni jika terus berlatih
nantinya akan memiliki visi seni.
Kreatif
dan inovatif. Tentunya kedua sikap ini sangat diperlukan dalam pembuatan karya
ilmiah. Bagaimanapun, sebuah karya ilmiah pada intinya adalah penciptaan
terhadap sesuatu atau perubahan terhadap sesuatu untuk menyelesaikan suatu
masalah. Orang kreatif akan menciptakan sesuatu baik yang sudah ada atau pun
yang belum ada untuk mengatasi suatu masalah, lalu mengangkatnya dalam karya
ilmiah. Begitu pula pada orang yang inovatif. Orang yang inovatif akan
cenderung mengubah atau melakukan perubahan pada suatu keadaan agar tercipta
keadaan yang baru dimana suatu masalah dapat terselesaikan, lalu hal itu dapat
dipresentasikan dalam sebuah karya ilmiah. Sedangkan orang yang tidak kreatif
atau inovatif tidak mampu menciptakan suatu karya ilmiah yang penting dan dapat
bermanfaat banyak bagi masyarakat. Jika orang yang tidak kreatif atau inovatif
tersebut terus mencoba membuat karya ilmiah, hal itu dapat melatih kemampuan
orang tersebut hingga ia menjadi kreatif dan inovatif.
Sikap
terakhir harus dimiliki penulis karya ilmiah adalah aktual. Aktual adalah sifat
yang selalu memperbarui informasi tentang peristiwa-peristiwa yang sedang
menjadi pembicaraan orang banyak atau masih hangat. Seseorang harus menjadi
seaktual mungkin agar tidak tertinggal informasi. Jika si pembuat karya ilmiah
tersebut selalu memperbarui informasi-informasi yang sedang hangat di kalangan
masyarakat, si pembuat karya ilmiah tersebut akan mengetahui masalah-masalah
apa saja yang sedang dihadapi masyarakat di sekitarnya. Sehingga orang tersebut
peduli dan berusaha menyelesaikan masalah-masalah publik di sekitarnya.
Dari
penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan seluruh tujuan
Indonesia, dibutuhkan beberapa karakter yang mendukung. Karakter tersebut
antara lain adalah karakter jujur, disiplin, bertanggung jawab, objektif, serta
memiliki visi seni. Dan semua karakter ini dapat dibentuk dengan memanfaatkan
karya tulis ilmiah, selain itu, karya tulis ilmiah juga dapat meningkatkan
pengetahuan para pelajar dalam bidang akademis maupun non-akademis.
0 komentar:
Posting Komentar